Menembus Cahaya


Marhaban ya.. Ramadhan
September 13, 2007, 12:25 am
Filed under: Umum

jika hidup adalah sebuah pertempuran,

Maka kemenangan adalah harapan setiap orang.

Jika debu-debu dan kerikil-kerikil kekhilafan adalah sesuatu yang akan menghalangi kesucian ramadhan

Maka obatnya adalah saling berbalas memaafkan

Marhaban ya.. Ramadhan

Mohon maaf lahir dan batin

semoga kita dipertemukan dalam keberkahan ramadhan



Jilbab dan Komitmen
September 2, 2007, 9:55 pm
Filed under: Artikel

Seorang kawan pernah mengeluh tentang kata-kata murabbiyahnya terkait jilbab yang dipakainya. Temanku ini, dipertanyakan komitmen keakhwatannya karena menggunakan jilbab yang tidak terlalu besar dan menjuntai. Padahal jika dibandingkan dengan para pengguna jilbab modis, jilbabnya bisa dikatakan lebih besar dan tetap sesuai syar’I karena tetap terselempang hingga menutupi dada.

Ukuran komitmen keakhwatan ko’ diukur pake ukuran jilbab. Apakah yakin jika seorang perempuan memakai jilbab yang lebar dan menjuntai bisa dipegang komitmennya. Entahlah, aku sendiri tidak tahu dan tidak sepakat dengan pendapat seperti ini. Dalam pandanganku komitmen seseorang tidak hanya diukur dari tampilan pakaiannya saja tetapi lebih dari itu.

Rasa kecewa tentu dirasakan oleh akhwat yang diperlakukan seperti itu, seperti kecewanya temanku yang lain yang juga dipertanyakan komitmennya ketika pernah terlihat memakai pakaian dengan bawahan celana panjang. Duh kasihannya, lagi-lagi komitmen diukur dari pakaian. What’s wrong with the clothes?

Kita batasi sedikit tulisan ini tentang masalah jilbab saja. Jilbab, bukan sekedar selembar kain yang menutupi kepala dari teriknya mentari, tetapi ia adalah salah satu bentuk pengamalan keimanan kita terhadap ideologi Islam yang kita anut dan percayai kebenarannya. Dalam buku “Biarkan Jilbabku Bersemi Indah”, Mas Alwi Alatas menceritakan tentang perjuangan para mujahidah-mujahidah tegar mempertahankan keyakinannya untuk menutup kepala mereka dengan jilbab.

Sebuah true story yang sangat menyentuh. Perjuangan yang tidak pernah mengenal kata lelah, meski dengannya mereka harus banyak kehilangan. Kehilangan kasih sayang keluarga, keamanan, bahkan hak-hak mereka sebagai seorang warga Negara. Tetapi semua itu dapat mereka lalui, sehingga hari ini jilbab bak cawan dimusim penghujan. Tidak sulit menemukan orang yang memakainya, dari mulai anak-kecil hingga artis yang pengen disebut (agak) islami. Dari mulai jilbab ideologis hingga jilbab modis. Dari mulai yang dipakai karena kesadaran hingga yang cuma ikut-ikutan tren.

Ngomong-ngomong soal mode jilbab, zaman sekarang muncul para produsen-produsen konveksi yang menawankan aneka macam jilbab. Dari mulai warna yang bermacam-macam, model yang terus berubah, bahan yang terus disesuaikan dengan kondisi iklim hingga harga yang semakin bersaing. Semuanya tidak mau kalah. Mereka menawarkan banyak pilihan yang kompeteitif, karena melihat segmen pasar yang seakan tidak pernah habis. Meski tahu bahwa jilbab telah menjadi sebuah tren tetapi mereka tahu bahwa penggunanya semakin hari tidak akan berkurang.

Berbicara model jilbab, beberapa waktu lalu salah seorang kawan mengeluhkan banyaknya para ummahat (ibu-ibu) yang menggunakan jilbab dengan model belah samping atau belah belakang. Dia melihat maraknya jilbab model ini sewaktu mengantarkan istrinya pada sebuah acara kepartaian. Awalnya aku juga bingung maksudnya jilbab seperti apa? Setelah dijelaskan baru aku dan teman-teman yang lain mengerti. Dia mengeluhkan sikap para ummahat yang sudah mulai terbawa mode. Dan mulai kurang mengindahkan nilai-nilai ideologis jilbab. Dengan memakai jilbab model belah seperti itu, maka ada bagian-bagian dari lekuk tubuh si pemakainya terlihat, meski masih dibalut busana muslimah.

Hari ini, aku melihat lagi seorang ummahat memakai jilbab model belah belakang. Berwarna cerah dengan panjang hanya pas sebatas dada. Aku perkirakan usia ibu itu sekitar hampir 40 tahun. Dan mungkin salah satu akhwat senior di dakwah ini. Dan mungkin juga termasuk orang yang mengalami masa perjuangan jilbab dulu atau minimal orang yang mengetahui bagaimana heroiknya perjuangan tersebut.

Aku juga mengenal salah satu ummahat senior bahkan bisa dikatakan sebagai akhwat pertama dikotaku. Tetapi aku sering melihatnya memakai kerudung kecil yang kadang tidak sampai menutupi dada dan juga terkadang memakai pakaian dengan bawahan celana panjang. Jika temanku yang masih belum lama tarbiyah saja disentil oleh murabbiyahnya, seharusnya ummahat seperti ini lebih-lebih dari temanku. Bukan lagi disentil tetapi dapat uqubat (hukuman). Alih-alih menjadi uswah (teladan) malah seakan menjadi pembenaran bagi kader baru untuk berbuat seperti itu. Tetapi sampai saat ini setahuku belum ada yang mengingatkan dia. Hampir semuanya hanya berani ngomong di belakang termasuk aku. Kasihan deh jadi kader junior, selalu saja menjadi objek penderita.

Kembali tentang komitmen, selayaknya sebuah komitemen bukan hanya diukur dari lebarnya jilbab, memakai rok atau celana panjang. Bukankah ukuran yang kita pakai adalah ukuran syari’at? Maka pakailah ukuran itu. Ukuran jilbab adalah menutupi dada, jika memang sudah menutup dada jangan diungkit-ungkit masalah ukuran yang masih relevan. Jika ukuran menutup aurat perempuan diantaranya tidak menampakkan lekuk tubuh maka tidak jadi soal apakah akan memakai celana atau rok. Tetapi jika kerudung atau jilbab yang dipakai meski sudah menutup dada tetapi masih bisa menampakkan lekuk tubuh, sepertinya kita juga harus ikut mempertanyakan komitmennya.

Mulai sekarang kita harus mulai fair. Siapapun yang benar dan salah harus ditempatkan secara proporsional. Benar mendapatkan pujian dan jika salah mendapatkan teguran. Tidak peduli dia kader senior atau kader baru. Karena dalam berjama’ah saling memberikan taushiah (nasehat) adalah kewajiban. Tidak ada lagi diskriminasi perlakuan. Jangan hanya karena euweuh pakeuweuh (ga enakan) akhirnya kader baru merasa tersudutkan dan kader yang merasa senior menjadi tidak tersentuh uqubat (hukuman). Waallahu a’lam. (Zan)

Oleh : M.Afzan

02 September 2007



Doa Jodoh
Agustus 30, 2007, 12:41 am
Filed under: Puisi

Seandainya telah engkau catatkan
Dia milikku tercipta buatku
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagian antara kami
Agar kemesraan itu abadi

Dan Ya Allah Ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ketepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi Ya Allah
Seandainya telah engkau takdirkan
Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan

Ya Allah Ya Tuhanku yang Maha Mengerti
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa bahagia
Walaupun tanpa bersama dengannya

Dan Ya Allah Yang Tercinta
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya

Ya Allah Ya Tuhanku
Pasrahkanlah aku dengan takdirmu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Kerana Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini mahupun di akhirat
Menjuruskan aku kearah kemaksiatan dan kemungkaran

Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yg beriman
Supaya aku dan dia sama-sama dapat membina
kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau redhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amien

source : www.planetmusic.4t.com

Nb. Untuk seseorang, bilakah masa itu segera datang.